membaca boleh,tapi tolong jangan menjadi plagiat :)

Senin, 29 Oktober 2012

Mungkin aku benar benar jatuh cinta (END)



          Langkah ku terhenti dalam titik jenuh. Angan ku mengawang. Ntah menuju apa. Tatapan ku nanar. Kejenuhan ini memuakkan,seolah olah tujuan hidup tak lagi nyata. Aku lelah,bahkan sangat lelah.
          Kurasa penantian ini sia sia. Tanpa ujung yang pasti. Ku telah mengetahui bahwa Sevira sumber bahagia nya. Ku telah mengetahui memendam rasa ini percuma. Namun hati ku enggan beranjak pada sosoknya,mungkin aku terperosok terlalu dalam.
          Setelah adegan Sevira yang  memuakkan siang tadi,hati ku geram. “kau memang tampan,namun kau bodoh,memilihnya hanya untuk membuat hatimu hancur,menyandingnya hanya untuk mengenal kata “sakit” geruru ku dalam bisu.
          Aku ingin memaki mu,meluncurkan hujatan ku. “sebenarnya kau yang tolol yang memilihnya sebagai sumber bahagia mu,ratu mu bahkan atau aku yang terlalu bodoh,terlalu berharap lebih. Sedang bayang mu pun tak pernah termiliki” emosi ku semakin tak terkendali.
          Ku habiskan sore ini di sebuah café. Untuk sekedar menghilangkan gundah. Memesan soft drink dengan paduan nuansa musik klasik yang tersaji. Ku bolak balik handphone ku,rusak!!bahkan tak mampu untuk terhubung lagi.Bodoh!! tabrakan dengan seorang laki laki misterius di ujung gang rumah ku tadi membuat handphone ku terjatuh. Hatii ku semakin geram ketika sosok misterius itu tak mengucap kata “maaf”dan meninggalkan ku begitu saja.
          Ku biarkan emosi ku memuncak. Angan ku semakin kacau. Sosokmu terlalu otoriter dalam ingatan ku. Memerintah dengan paksa agar selalu mengagumi  sisi indah mu.
          Sore ini gerimis membahsahi rumput yang mulai mengering.suasana hening seperti ini nendukun angan ku untuk kembali pada adegan saat kau menyentuh bahu ku,ya tepatnya sebulan yang lalu.
          Waktu menunjukkan pukul 18.30 saat ku tengok jam tangan ku. Aku lekas beranjak meninggalkan meja di sudut café itu. di depan pintu masuk kulihat hujan semakin turun dengan derasnya. Hembusan angin begitu damai. Kujulurkan tangan ku hingga menyentuh dinginnya air yang terjatuh. Tanpa sadar mataku terpejam. Damai.. sedamai aliran darah ku yang terpenuhi rangkaian mimpi bersamamu.
          Terdiam, hening,dan sunyi. Mataku terbelalak ketika ada tangan lain menggenggam hangat jemari ku. Mataku masih terbelalak melihat jelas sosok yang kini berada tepat di depan ku. Aku tak mampu berkata. Dan ia belum melepaskan genggamannya . menatap ku tajam dan menyajikan senyum yang selama ini ku kagumi. Sosok itu memang terlalu indah untuk diluakan dalam ingatan. Dalam detik ini,dalam genggaman ini,aku seolah olah memilikinya.
          Aku melepaskan genggaman  itu,dan menarik paksa lengan nya.
          “bodoh,mengapa kau mau membasahi tubuh mu dengan hujan selebat ini ? “ucap ku,tanpa kusadari perkataan ku memperlihatkan betapa besarnya kepedulian ku padanya.
          “aku hanya ingin meminta maaf,pria yang menabrak mu di ujung gang tadi adalah aku”jawab nya memelas.
          Ku lihat tatapan nya,berbeda!! Tak memancarkan ketampanan sesempurna biasanya. Ku terka terka tiap gerak gerik nya “ mungkin kah ia sedang patah hati? Mungkinkah dia telah mengetahui pengkhianatan murahan yang di lakukan Sevira” aku berharap lebih dalam hati.
          Malam semakin larut,suasana café yang semakin sepi. Alunan musik klasik yang terdengar sayu dengan sajian lilin lilin kecil. Seluruh lampu cafe sengaja di redupkan. “aah suasana seromantis ini,aku mampu bersamanya,suatu keajaiban” bisikku sendiri.
          “grey maaf tadi aku menabrak mu,aku memang tak memperhatikan jalanan,pikiran ku sedang kacau” ucap nya membuka percakapan kami.
          “i.. i.. yaa,tak apa. Dari mana kau tau aku ada disini? “ tanyaku.
          “aku mengikuti mu” jawabnya singkat,kemudian hening. Beberapa menit berselang. Ntah atas dasar apa dia mulai menceritakan keluhnya atas pengkhianatan Sevira. Ratapannya tak seindah dulu. Mungkin kini Sevira telah mampu menghancurkan hati indah itu menjadi serpihan luka. Di sisi lain ada rasa bahagia tersendiri untukku. Akhirnya tanpa mengucap sepatah kata pun,sebuah topeng cantik Sevira terbongkar.
          Ku tatap wajahnya lekat lekat. Begitu indah. Rangkaian mimpi bersama nya masih ku simpan rapi dalam relung ini. Wajah nya pun kini berbalik memandang ku. Aku salah tingkah di buatnya. “ sial” ucap ku.
          Tiba tiba dia menarik paksa lengan ku,mengajakku mendekati panggung dengan sajian musik klasik itu. Tangan nya melingkar dalam pinggang ku,aku kikuk. Dia kemudian memegang kedua tangan ku,dan melingkarkan di lehernya. Kami berdansa dalam keheningan jiwa. Romantiss..
          Kami saling menikmati detik yang berjalan. Meninggalkan tentang kepenatan,sevira,kejenuhan,dan lainnya. Tatapan nya tepat menatap kedua mata ku.
          “kau lebih indah dari Sevira” ujarnya
          “tapi mengapa kau masih mempertahankan nya?” ucap ku,seolah olah ia memberi setitik kode.
          “aku mencintai nya “ timpalnya begitu pasti.
Kemudian hening..
          Hatiku masih terpatri dalam sosok mu,walau ku tak mampu memiliki mu. Aku ingin waktu terhenti,dan membiarkan kami berdansa berdua dalam nuansa seromanyis ini. Aku ingin terus seperti ini.
          “ kak elang,aku menyukai mu” ucapku perlahan dalam selipan dansa manis kami.
          “namun sumber bahagia ku,hanyalah Sevira..sayang “ ucapnya terdengar begitu pilu.
Suasan hening kembali..
          Aku merintih , atas kebodohan yang ku buat sendiri. Mengapa ia masih mencintai Sevira yang telah dengan nyata mengkhianatinya. Mengapa ia tak melihat,ada kebahagiaan lain tanpa luka,yang mampu kuciptakan untuk nya. Benar benar konyol.
          Kami terus menatap. Air mata ku kini tanpa terkendali berbicara mewakili hati yang merintih,gerimis itu kembali membasahi pipi. Kak elang menatap ku lekat. Jemari indah itu menghapus butiran perih ini. Mataku terpejam . sesak terasa !!
          Tiba tiba ada bibir lain yang menyentuh bibir ku,hangat. Aku mengenali sentuhan ini. Selancang ini dia memperlakukan ku. Namun aku tak memaksa bibir indah itu untuk pergi. Kemudian dia berbisik “aku milik mu,hanya untuk hai ini.”sambil memelukku dengan senyum.
          Kebodohan yang tercipta hingga detik ini membuat ku tersadar bahwa aku benar benar jatuh cinta :’) .
          Cinta terkadang tak membutuhkan status,tak membutuhkan mata,bahkan telinga. Yang kita butuhkan saat cinta berbicara adalah bisikan dari hati J (end)




0 komentar:

Posting Komentar