membaca boleh,tapi tolong jangan menjadi plagiat :)

Rabu, 20 Februari 2013


Aku ? bukan mantan mu !

Dengan sering kau memalingkan wajah dariku
Menuju sosok dari masa lalu mu
Dia…
Penyebab seringnya tangisku terpecah
Dia…
yang kau sebut wanita mu
Dia…
Yang kau banggakan di hadap ku
Haruskah aku berteriak dalam dalam bahwa”aku masa depan mu “
Lihat aku,ada sisi lain yang tega merintih
Demi kebahagiaan mu saat kau bercerita tentang dia
Lihat aku, aku yang rela menungguimu mengikhlaskan kepergian dia
Entah berapa lama,
Dan kini aku tersadar
 Kau tak pentas ku perjuangkan sayang :’)

                                Cipt : Egy Amelia Paraditha


“USANG”

Terlalu banyak berita yang ku dengar tentang mu
Tapi tak satupun menyangkut tentang ku
Kamu begitu abu abu,tak jelas,penuh magis
Yang membuat ku seketika meluluh.entah!
Terlalu banyak perlakuan yang membuatku merintih
Kesakitan sendiri
Tentang mu,
Tentang kemesraan bersama dia,dia,atau dia atau entah siapa lagi
Inikah cara pengabaian mu?
Inikah sakitnya mengagumi mu ?
Rasa ini seharusnya ku buang
Dengan ikhlas ku sendiri
Dan seharusnya ku usangkan dalam dalam
Ke suatu dimensi yang tak pantas berada
Dalam detik masa depan ku
Cukup ! dan aku menyerah


Cipt: Egy Amelia Paraditha

Kemahatololan itu bernama eidelwise



                aku menatap lekat tangan nya yang sedari tadi terus menggemgam jemari wanita itu, dari kejauhan aku kesakitan. Sendiri dalam luka ini . apa mungkin pria ku sesakit ini bila aku menggemgam jemari lelaki lain ? kurasa tidak! tanpa izin lagi kini gerimis perlahan  menyusuri pipi, kemesraan yang mereka ciptakan semakin membuat raga ku rapuh . kepala wanita itu kini bersandar pada bahu lelaki ku. Dekat . sedekat aku dan pria ku kala dulu .
                kini aku tertunduk di balik pohon yang mulai menggugurkan daun nya ini, gugur seperti rasa ku yang mulai pupus oleh penghancurannya secara perlahan . aku tak sanggup lagi melihat nya dengan kedua mata ku . aku meninggalkan dermaga kayu itu , meninggalkan kemesraan yang mereka ciptakan di atas air mata ku . yah air mata ku . terkadang memang air mata adalah hal terkecil yang mampu mewakili rasa seseorang. Saat kepedulian nya dibalas dengan sejuta pengabaian .
                di balik pintu kamar ku, aku merintih dengan isak ku . isak ini yang kau ciptakan saat aku memilki pria ku . selalu dan setiap malam di kota pria ku, selalu dengan air mata . dan kini benakku selalu bertanya , apakah harus aku mengorbankan semua rasa ku demi kebahagian mu ? bila tidak , maka biarkan lah aku jatuh cinta pada pria lain . bukan lagi sosok mu.
                Pagi ini dengan mata yang sembab aku melangkah kan kaki ku menuju dunia perkuliahan yang telah kusinggahi selama sebulan, tanpa sepucuk semangat sekalipun . dengan keputusan sepihak aku tak memasuki kelas ku. Aku justru bertengger di taman samping gedung rektor. Aku masih dengan isak ku . sendiri . menunggu mu berjalan di depan kedua mata ku dengan wanita itu . wanita yang sejak dua minggu lalu kau kencani . dan wanita yang kau tinggalkan saat kau ingin menangis di bahuku . dapatkah kau berlari ke arah ku dengan kebahagiaan ? bukan dengan air mata dan keluh mu ? dapatkah kau berlari pada ku untuk selamanya ? bukan hanya sebutuh mu ? kata mu ,kau pria ku !!
                Entah sudah hari keberapa aku mengikuti langkah mu dan gerak gerik mu bersama wanita itu , dan entah sudah berapa kali kah kau membuat isakku terpecah di keramaian. Kali ini otakku benar benar terisi penuh oleh seluruh sosok mu . aku masih termenung di di taman ini , dan benar selang 45 menit kemudian , kau berjalan dengan menggandeng mesra wanita itu, dengan manja wanita itu tersenyum pada mu , dan tanpa permisi kalian duduk tepat di hadapan ku . ini kah sakit nya mencintai mu ,pria ku ?
                Mampukah kau membebaskan aku dari jerat ini , pria ku ? biarkan aku berlari dari dunia mu . aku mohon . isakku lagi lagi terpecah . dengan penuh kebahagiaan aku melihat kau menatap wajah nya lekat. Memeluk nya dengan bijak, dan kau memberi bunga eidelwise yang kau sisipkan di dalam jaket mu . wanita itu dengan senyum nya, mendarat kan bibir nya dipipi mu . dengan tersipu manja. Adegan memuakkan ini membuat detik ku benar benar ingin melesat kan tamparan di pipi wanita itu . “sampah” umpat ku .
                Kali ini aku membiarkan adegan berlanjut, hingga selesai, hingga usai, hingga akhir  dan yang akhir nya membuat mata ku kembali sembab. Entah detik yang ke berapa. Wanita itu pergi meninggalkan pria ku sendiri . tanpa basa basi aku menghampi, pria ku.
                “apa ini sakitnya menunggu mu ?” ucap ku mengagetkan nya
                Dia tak lantas menjawab, dia mengubah posisi duduk nya mendekati ku.
                “maksud mu?” jawab nya singkat
                “kata mu kau pria ku, kata mu kau masa depan ku, kata mu aku dunia mu, tapi apa ? dengan jelas kau menggemgam jemari wanita itu . dengan jelas kau membiarkan bibir nya menyentuh pipi mu ? lantas apa jawab dari perjuangan ku selama ini ? “ ucap ku tanpa rambu rambu lagi
                “ooh.. diaa.. dia pacar ku“
                “jadi aku siapa mu ?”
                “kau.. kau wanita ku”
                “bukan”
                “lantas?”
                “aku seseorang yang memperjuangkan hubungan kita sendiri”
                Kami saling terdiam.. beberapa detik.. dan menitt
                “aku memperjuangkan masa depan ku untuk mu , aku bersusah payah untuk mampu tinggal di kota mu, karena aku ingin menghirup udara yang sama dengan apa yang kau hirup,bahkan aku hingga bertengkar dengan orang tua ku . sebodoh itu aku mencintai mu.”
                “maaf”
                “tak ada yang perlu di maafkan , aku memang tak pantas memperjuangkan hubungan kita”
                “lalu apa yang harus ku perbuat untuk menebus semua salahku ?”
                “tinggalkan dia untukku, tepati janji mu bahwa kau pria ku. Dua tahun bukan waktu yang sebentar memperjuangkan cinta dengan beda kota ini sayang “ aku menjawab seadanya di sertai mataku yang berkaca kaca.
                “aku tak mampu “
                “kenapa”
                “aku benar benar benar tak mampu sayang “
                “ kamu jahat, kamu takkan pernah tau sakit nya menanti mu “
                “aku memang jahat, tapi aku harus bertanggung jawab atas anak yang ada di dalam rahim wanita itu “ ucap nya
                “tapi mengapa dengan wanita itu ?”
                “maaf”
                “kau tau dia siapa?”
                “aku tau, dia diandara,sahabat karibmu sayang”
                Kali ini , detak jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya, bibir ku kelu. Dan kini aku menangis dalam lengan nya. Menangisi kemahatololan yang kami ciptakan. Tentang perjuangan, tentang pengorbana, dan tentang eidelwise.

Senin, 11 Februari 2013

Selamat ulang tahun kak Irvan J



Benar itu nama mu ? bila salah, maaf.. maukah kau mengajariku agar aku mampu menulis namamu dengan benar ? hihi..
Bila ada waktu , izinkanlah hati,mata dan bibir mu untuk membaca ulasan jemari ku ini..
         


Ini.. untuk mu !
“selamat ulang tahun,kak”
Hanya berbekal kalimat itu,yang mampu menahan kantuk ku selarut ini..
Dan masih juga tentang mu..
Kak, Angan mu tiba tiba menyeruak masuk dalam langit langit kamar ku..
Menyusup ke dalam pori pori nadi ku secara permanen.
Memerintah secara otoriter untuk meminta izin menggemgam jemarimu,boleh?
Maaf bila aku melancang..
Izinkan aku menggemgam jemari mu, menatap lekat sorot mata mu dan mengucapkan “ happy birthday”.. cukup.
Izinkan aku menggemgam nya untuk beberapa detik lagi, masih dengan menatap mu dan mengatakan “maaf”
Maafkan aku yang tak mampu memberi mu lebih, mungkin sebuah kado istimewa,kejutan dan lainnya. Aku tak mampu..
Dan lagi bolehkah kau memberi toleransi tentang genggaman itu ? aku ingin mengajak  jemari mu , menengadahkan tangan dan berdoa bersama jemaeriku..
Untuk kebahagian muu.. 

Jumat, 08 Februari 2013

Ibu, maafkan aku tervonis AIDS



          Mata ku buyar,temaram kali ini nanar di tengah kota, dengan jemari yang menari nari beserta kepingan rokok,mengepul. Jakarta, 10 january 1992 belasan tahun silam ketika aku masih beridentitaskan mahluk Tuhan yang suci . kini “suci” itu tak ku kenal, yang ada hanya hitam dan pekat,kehidupan nista yang ntah akan berakhir lebih hina atau berujung sempurna.
          Masih dalam temaram,aku termenung, mencoba mengulang memori lalu tentang sosok wanita mulia itu, sontak aku ingin kembali meraih peluk nya. Peluk nyata yang dengan lengan nya aku bercerita. “aku lelah ibu” ucap ku melirih.. aku ingin melangkahkan kaki ku menuju yang kau sebut “rumah kita” , disudut jakarta. Beberapa detik kemudian handphone ku berdering.
From: mami
03/10/2012
22.56
Pergi ke hotel amelia , nomer 321. 5 jt

Dengan sigap aku menyetop taksi dan menyuruh sopir itu menuju hotel yang aku tuju. Tanpa basa basi dan tanpa intuisi. Mungkin aku telah mati rasa , atau mungkin aku terperosok terlalu dalam di drama tak bertuan ini ?

To : mami
Oke mi, nayla lagi otw
Delivered to mami
03/10/2012
23.01
Lagi lagi, dan lagi aku terjatuh pada salah yang sama . apa tuhan akan mengampuni dosaku ? apa tuhan akan memberi ku sedikit toleransi bila aku jelaskan ? dan apa tuhan mau memelukku ketika aku benar benar lelah arungi make up sosialita ini ? apa tuhan mau memberi ku kesempatan untuk mengenakan sedikit kain yang tertutup, bukan seperti saat ini ? dengan rok mini dan hanya secarik kain yang melingkari tubuh ku ? aku benar benar merasa sangat hina, tubuh ynag seharus nya di jaga tetapi justru aku jajakan dengan nilai nominal yang tak seberapa. Tuhan aku butuh jawaban! Apa kau mau mendengar doa dari wanita yang telah tervonis AIDS ? hidup ku tak lama lagi Tuhan, aku butuh seteguk air kehidupan yang jernih dari mu, tiba tiba otakku mengingat kata “tuhan” kata yang secara mendasar telah melekat dalam tiap jengkal nafas ku yang justru telah lama tak ku sebut .
          Aku memutar balikkan arah taksi yang ku kendarai, memerintah supir taksi menuju rumah ibu ku. Ku ketuk perlahan daun pintu yang sudah hampir reot itu, tak ku dengar seseorang membukakan pintu, ku ketuk untuk yang kedua kali nya, dan bibirku mengucap “ assallamualaikum ibu” .. dengan cepat terdengar jawaban “wallaikumsalam”.
          Wanita paruh baya itu,mengenakan daster panjang,yang menutupi kulit kakinya,dan menutupi lengan nya.. sangan berbanding terbalik dengan ku.
          “maaf nduk,malam malam begini cari siapa yaa?” ucap nya dengan penuh santun. Nadi ku perih , tersayat rasa yang sangan merindu , sosok wanita yg telah kutinggal sekitar 5 tahun lamanya, kini dengan beberapa centi lagi aku mampu memeluk nya. Aku terdiam, ku pandangi sorot mata nya yang sayu..
          “saya mencari ibu “ ucap ku pelan
          “loh ada apa ya nduk? Kok mencari ibu ? apa cucian baju nya kurang bersih ya nduk?
          “enggak bu”
          “lah terus ono opo tho sak jane ini ? “ masih dengan logat jawanya ynag kental ,membuat ku ingin langsung merengkuh lengan nya, namun aku malu, mengakui bahwa aku adalah anak perempuan semata wayang nya yg dulu pernah pergi untuk menjajakan diri demi sekolah ku yang akhirnya terputus.
          Tanpa disadari dan ku mengerti , tepat di depan wajah wanita mulia ini, air mataku menggenang, jatuh ke lantai rumah . rumah yang sangat kecil beratapkan asbes dan berlantaikan tanah . dulu disini aku pernah mengukir mimpi
          “lah kok malah nangis iki kepiye toh? Ayoo mlebu ndisek nduk,ceritaken pada ibu ada apa, dan kamu ini dari mana? Ndak dingin apa kok pakai baju ndak ada lengan dan rok pendek seperti ini ?”
          Aku masih tak mampu untuk berucap,air mataku mengalir semakin deras mendengar suara wanita mulia ini.
          “ibu..” ucap ku perlahan
          “opo nduk?”
          “aku boleh memeluk ibu?”
          “boleh,ada apa toh ?”
          Dengan segera aku memeluk nya , masih terasa kehangatan yang ia ciptakan lewat lengan nya. Masih tersimpan segala angan yang dulu pernah ku ceritakan dalam peluk nya. Wanita mulia ini kemudian mengelus pelan rambut ku..
          “ada apa? “ wanita mulia ini kembali membuka percakapan
          “aku kangen sama ibu” jawab ku mungkin terlalu lugu untuk seorang dewasa seumuran ku
          “ibu juga kangen sama kamu nduk, ibu udah lama nunggu kamu pulang” tiba tiba wanita mulia itu berkata dengan tetesan luka yang mengalir menetesi lengan ku.
          “ibu tau, kalau aku ini nayla? “ tanya ku sambil menatap wajah nya
          “ndak ada ibu di dunia ini yang ndak mengenali buah hatinya”
          Tangis ku semakin menjadi, raga ku seolah tak bernyali . wanita mulia yang dulu ku bentak dengan lantang “ ibu miskin” , mau menerima ku kembali dalam peluk nya.
          “aku.. aku.. aku sayang ibu.. maafkan aku ya buu” ucap ku sambil menahan bendungan air mata yang menetes dengan derasnya.
          “ndak perlu minta maaf seperti itu nduk,ndak ada yang salah, sebenernya ibu yang salah, maafkan ibu ya nduk, ibu mu ini miskin, makanya kamu malu to punya ibu miskin dan lari dari rumah ?” wanita mulia itu dengan jujur mengungkakan resahnya
          Aku menunduk,berharap tuhan memberikan sedikit kelonggaran waktu untuk mengucap taubat dan meminta maaf pada ibu ku.
          “ibu sayang aku?” ucap ku
          “sangat nduk”
          “walaupun aku sebagai pelacur di ibu kota”
          Ibu lantas terdiam, air mata nya mengalir, dengan cepat, dengan jemari hina ku ini aku menyeka nya.
          “walaupun aku sebagai pelacur di ibu kota?” tanya ku lagi
          “iyaa” jawab ibu dengan tegas
          “walaupun aku tervonis AIDS dan segera akan mati ? “
          “iyaa nduuukkk” dengan sedikit berteriak ibi mengeratkan peluk nyaa,,
          “ibu aku minta maaf,telah mencoreng nama baik keluarga kita, telah sering aku menyakiti hati ibu, bu dengan sedikit sisa waktu ku, ajari aku kembali mengenal Tuhan ya buu, ajari aku sholat” ucap ku berbisik dengan sesenggukan..
          “mari ndukk, allah maha pengampun lagi maha penyanyang nduk”
          Dengan sedikit waktu ini, aku menyadari bahwa indah memang akan muncul pada waktu nya, bahwa habis gelap terbitlah terang, dan bahwa di balik kesusahan itu sesungguh nya ada kemudahan. Dan di balik nama ku “nayla” ada unsur pelacuran namun di balik itu semua ada sosok wanita mulia yangg mau meluangkan lengan nya untuk memelukku, I love you so much my mom . 

“Sepujuk Senja di Pantai Tanjung Setia”



            Kala itu,deraian bening dari awan senja menghentikan langkah kami untuk beranjak. Kami tertahan di sebuah kedai kopi selepas menyusuri pantai dengan hiasan  awan senja,tawa, canda,jingga,memerah dan sangat berwarna,eksotis. Sempat tatapan mata kami bertabrakan,beberapa detik .Lucu dan kikuk. Membuat kami seolah salah tingkah dengan situasi konyol ini. Perlahan secara pasti rasa ini menyusup ke dalam nadi,sendu. Sesendu rasaku kala itu.
            Ombak Tanjung Setia,masih berlarian diiringi gemercik air yang mengalir secara perlahan. Bergulung gulung seolah berkejar kejaran,mengejar sesuatu yang tak pasti. Nyata namun seperti drama. Dan  sang senja dengan berani memamerkan aroma romantis nya.
            Kami masih saling terdiam,membiarkan angan kami masing masing berlarian bebas dalam rangkaian khayal. Aku melirik wajah Reza, tatapan nya masih pada gerimis,mungkin khayal nya sedang merangkai mimpi tentang aku,atau memutar kembali memori yang telah berjalan 3 tahun lalu,terka ku dengan bebas.
Sekali lagi aku melirik wajah nya,kedua bola mata miliknya itu dulu pernah mengeluarkan air mata saat aku berbaring lemah di rumah sakit, indah , dan sedikit sipit . dagunya yang tirus , bibir nya yang selalu memerah . “aah sempurna “ bisikku. Ku julurkan tangan ku hingga menyentuh gerimis yang terjatuh.
“dingin “ ucap ku.
“bila seperti ini ? “ pertanyaan sekaligus genggaman tangan nya membuat ku ingin menghentikan waktu senja ini. Aku ingin terus seperti ini. Berdua. Dengan nya. Senja . Dan hujan.
Aku tersipu,ku tatap kedua mata indah itu dengan pasti. Menatap kedua bola mata dengan kepemilikan  sosok lelaki yang menjadi penyebab tawa dan luka ku beberapa tahun belakangan ini . Tanpa izin gerimis kini menelusuri pipi ku, bibir ku terasa kelu, raga ku seolah membeku,saat aku mungkin menyadari bahwa situasi seperti ini akan berakhir.
“kapan kau akan pergi ke Jerman? “ ucap ku di sela sela isak
“aku tak ingin sayang” ucap nya
“kau harus melanjut kan kuliah mu,bodoh. Aku serius” gerimis mulai menetes di pipi
“ lusa” jawab nya
“apa kau akan menemui ku di pantai ini lagi ? saat senja ? “ tanya ku mengharap
“orang pertama yang akan ku temui setelah ibu ku adalah kau peri kecil ku, di tempat ini,di senja ini.masih dengan deburan ombak Tanjung Setia aku akan menemui mu “ jawab nya meyakin kan ku
“ apa kau mau berjanji?”
“aku tak ingin berjanji,aku hanya ingin membuktikan nya dengan sikap ku”
“kenapa kau harus pergi,kau kan masi ada janji untuk mengajari ku berselancar di pantai ini? “ rengek ku
“ sepulang dari Jerman,bukan hanya selancar yang akan  ku ajari,tapi aku akan mengajari mu untuk menjadi sepasang suami istri “ jawab Reza
Aku terdiam,tak berani menjawab . aku hanya tak ingin ia pergi. Cukup. Itu saja
“17 Oktober 2017, aku akan menemui mu disini,di senja ini sayang “ ucap nya
 “Apa kau tak yakin ?” tanya nya kembali.
“aku… akuuu.. takuut “ jawab ku polos dan kembali butiran perih menelusuri pipi ku tanpa permisi,kali ini mungkin lebih deras. Dia menyeka air mata ku,dengan jemarinya sendiri,lalu memelukku erat, bahkan sangat erat . Aku rasakan kenyamanan saat disisinya,seperti ini, dan situasi seperti inilah  yang  membuat ku enggan bahkan tak pernah mau untuk membiarkan nya berlalu.. walau sekejab mata walau beberapa detik. Ia mengencangkan pelukan nya dan aku masih dalam senduku,pelukan ini…seolah olah memberi jaminan pada ku bahwa ia milikku,seutuh nya !
Deburan ombak Tanjung Setia masih  berlarian secara konstan di senja ini, dengan ketinggian yang mampu mencapai 6 sampai 7 meter dan dengan panjang 200 meter , tepat di arus besar samudera Hindia yang membawa laju sendu ku semakin menepi . dan di penghujung kata “perpisahan” ini kami seolah seperti sejoli yang nyata, yang akan mengarungi waktu esok dengan langkah bersama . Masa putih abu abu yang kita lewati berdua,kini akan berakhir seiring jejak langkah nya menuju negara itu, Jerman. Pilihan negara yang cukup jauh,untuk mengenyam ilmu demi masa depan,kata nya. Tapi sulit untuk ku terima.
“ jangan biarkan aku sendiri Reza,tanpamu “ ucap ku lirih
Ia menatap ku lekat,penuh dengan isyarat yang tak terpecah kan oleh kode apapun. Kemudian ia ,menggemgam jemari ku dan mengajak ku berlarian di tengah gerimis yang turun secara perlahan . Kami keluar dari kedai itu . merasakan dingin yang merasuk dalam jiwa bersama . Dingin seperti ini aku akan mampu lalui jika bersamamu,Reza sungguh. Dan kami tanpa komando, berlari sekencang kencang nya,masih dalam genggaman Reza ,dan hingga nafas kami seolah olah sesak , kami terhenti di bawah gerimis.
“aku mencintai mu, Nandya Enola “ tatapan nya tajam,ucapan nya lembut dan paras nya masih menyajikan ketampanan itu.
Dan aku berteriak dalam gerimis itu, “ aku mencintai mu Rezaaaaaaa “
Haru biru di saat senja,mungkin akan terlihat seperti drama, lakon yang tersusun sangat sempurna . Namun inilah perjuangan cinta yang terlihat konyol dan tak berlogika. Aku dan Reza . Senja dan Tanjung Setia . Janji dan Perpisahan , serta Hati dan Waktu.
Memang Tanjung Setia tak sepopuler Kuta,tapi di sini, di tempat ini . aku merasakan separuh jiwa ku terisi oleh sosok Reza. Pasir putih yang lembut,pernah kita injak kan langkah kita bersama disini. Menghabiskan senja kala ini dengan hiasan gerimis dan warna tangisan.
“mbak mau pesen apa ? “ tanya pelayan di salah satu toko yang menjual makanan di Menara siger,sontak membuat lamunan ku tentang masa itu buyar.
“ah..ehh nanti aja ya mbak saya lagi nunggu temen “ ucap ku berbohong
“ahhh.. Pantai Tanjung Setia . penuh cerita tentang asa,rasa dan kita.. Reza dan tentang sebuah janji yang mungkin akan di tepati atau akan begitu saja terlewati” ucap ku lirih dalam hati. Entah saat aku angan ku kembali pada masa itu hanya sesak yang terasa,mungkin aku terlalul berharap lebih pada sebuah janji dari masa lalu.
Dengan kepenatan yang telah menuju titik puncak di sore itu,ku langkah kan kaki ku berjalan mengelilingi Menara Siger, menatap inci demi inci bangunan ini. Mencoba meraba memori lalu bersama sosok yang masih menghuni kota kecil bernama hati ini secara otoriter,memerintah secara paksa agar tak melupakan sosok itu . Reza Fernando. Cinta pertama ku. Sosok laki laki dalam masa putih abu abu ku yang menghuni singgasana lubuk ini dengan permanen, hingga kini,dan entah sampai kapan.
Menara dengan bentuk mahkota dari 7 rangkaian ini pernah menjadi saksi bisu masa bahagia ku dulu. Aku memandangi nuansa hilir mudik pelabuhan Bakauheni dari menara ini,di ketinggian 110 meter dari permukaan laut. Suguhan lalu lintas Lampung yang selalu ramai kala musim tahun baru tiba. Udara segar di ketinggian menara ini, kembali memaksa otak ku untuk memutar kenangan manis bersama sosok laki laki itu waktu lalu. Mungkin sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu. Saat hari ku masih penuh warna dengan sosok Reza sebagai pemeran utama nya.
Menara Siger, menara dengan bentuk mahkota wanita saat pernikahan adat Lampung berlangsung. Dulu aku dan laki laki itu pernah merangkai mimpi,mungkin terbilang cukup konyol. Saat kedua anak berseragam putih abu abu membicarakan tentang pernikahan dan aku adalah sang puteri dengan mahkota bernama “siger”.
“kau pasti terlihat seperti bidadari saat memakai siger,apalagi bila kau berada di sanding ku “ ucap Reza kala itu
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan bodoh dari Reza, mungkin dengan kepolosan anak berseragam putih abu abu,aku mempercayai ucapan nya,mungkin hingga sekarang. hingga detik ini, aku masih mempercayai sebuah perkataan dari Reza, walaupun terbilang cukup lucu,tapi itu mengesan kan,bagi ku dan sebuah kota di hati ku yang telah lama meredup seiring kepergian nya,menuntut ilmu di Jerman . negara maju itu,ku berharap negara itu akan membawa Reza kembali.
Dulu di Menara Siger ini,di titik nol Sumatera di selatan. Kita pernah menghabiskan detik waktu bersama . saat dia mengajari aku agar tidak takut dengan ketinggian. Dan kini aku berhasil sayang , aku berhasil melakukan itu . aku tak takut lagi dengan ketinggian alam, tapi sekarang aku takut, ketinggian harap ku agar kau kembali akan membuat hati ini semakin meredup.
Detik lalu,entah berjuta juta detik lalu,aku tak mengingat nya secara pasti. Mungkin karena terlalu sering,kau membawa ku ketempat ini ,untuk menghilangkan rasa jenuh ku walau hanya sekedar menghabiskan sore bersama di iringi dengan alunan gitar akustik dan suara merdu mu. Senandung melankolis yang selalu kau sajikan kala itu,masih terngiang hingga kini.
Memori ku masih menyimpan jelas,kala itu Kau menyanyikan ku sebuah lagu ciptaan dari  Pongki Barata berjudul,aku milik mu (malam ini). melodi yang sendu,suasana sore yang damai serta tatapan  mu menuju mata ku,sangat miris untuk di kenang. Rekaman lagu itu,dan rekaman situasi itu masih tersimpan rapi dalam detik nadi yang mengalir ,Reza . aku akan selalu memutar nya saat menghirup nafas dan menghembuskan nafas . dua waktu yang tak mungkin terlepas dari bayang mu.
“ dengerin sayang,lagu ini aku persembah kan buat mu memang bukan ciptaan ku. Tapi alunan nada dan syair ini mewakilkan seluruh rasa ku pada peri kecil ku,Nandya Enola jeleek “ goda nya dengan juluran lidah
Aku segera memukul bahunya dengan manja,dan dengan rengekan gadis yang sedang merasakan aroma butiran cinta,ya walaupun hanya sekedar cinta monyet kala itu ,detik kemudian dengan lancang nya bibir nya melesat di kening ku. Aku terkejut dan mematung, dia menatap ku tanpa rasa bersalah dan justru tersenyum dengan ringan nya.
“eh sengajaaaa “ ucap nya seolah tanpa dosa
Pipi ku memerah,dan aku sangat malu untuk berani membalas tatapan nya. Detik ini seolah detak jantung ku terhenti , sikap nya yang selalu membuat ku merasa menjadi wanita paling bahagia waktu itu. Detik waktu akan sangat berharga dan penuh warna bila ku habiskan bersama sosok laki laki itu,Bersama Reza. Bersama kekonyolan yang kami ciptakan sendiri dan bersama alunan nada dari lagu ini.
“aku milikmu malam ini,kan memeluk mu sampai pagi . tapi nanti bila ku pergi,tunggu aku disini “ lantunan suaranya,dan senyum nya iringi lagu itu sore yang lalu.Masih jelas terasa syair bahkan cara nya menyanyikan bait demi bait syair lagu itu . jujur aku merindukan itu, aku merindukan waktu lalu sayang  :’)
Dan dulu di tempat ini, kita pernah menghitung bintang bersama .menghabis kan malam dengan penuh gelak tawa. Tentu saat aku dan kamu masih menjadi “kita” . kita menghitung bintang,seolah olah malam itu terasa milik berdua. Menatap kerlap kerlip kehidupan kota bandar Lampung saat malam menyapa.
Menara Siger masih menyimpan banyak cerita sayang, ingat kah kamu saat aku menyandarkan lelah ku pada bahu bidang mu ? saat itu tangis ku terpecah ketika ibu memarahi ku karena nilai rapor ku menurun.di dalam sesenggukan tangis ku ,dengan cepat jemari indah mu menyeka nya dengan hati,dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Meyakinkan ku agar tidak menjadi wanita lemah, meyakin kan ku ,bahwa aku adalah bidadari yang memiliki tongkat ajaib,yang mampu menciptakan sejuta kebahagiaan,tanpa tangisan. Pernyataan konyol yang masih menjadikan bibir ku mengembang hingga kini.
Dan apakah kau masih mengingat, kala itu kau pernah menggendong ku dari menara ini hingga sampai di depan rumah ku ? karena aku tak mampu lagi untuk menaiki sepeda menuju arah pulang. Dalam keluhan lelah,kau masih sempat tersenyum untuk aku yang merengek manja
Atau bahkan kau masih mengingat,kala itu…
“haaft,aku tak mungkin bisa berhenti menanti mu kembali sayang “ isakku kembali menepi di pipi. Terlalu banyak memori yang bernyanyi saat ini,tentang sosok mu,yang begitu absurd. Penantian ini seolah olah sia sia sayang.” Sampai kapan ? “ pertanyaan bodoh yang tak akan pernah terjawab oleh kebisuan waktu . kita terpisah jarak,ruang, waktu , bulan bahkan dalam sela sela detik ini masih bayang mu terasa menghantui.
Aku enggan kembali,aku ingin di sini . mengingat mu ,mengenang mu , menghadir kan sosok mu dalam khayal ku, dan hal terbodoh yang sering ku lakukan saat aku merindumu adalah aku membuat bayang mu seolah olah nyata. Sore begitu cepat untuk melaju,dan malam seketika menyapa ku,dengan hembusan angin di ketinggian ini. di ketinggian yang dulu aku belajar untuk melawan nya bersamamu.
Aku masih di sini , di Menara Siger , di ketinggian 110 meter ini aku mencoba kembali mengulang rasa dingin saat aku dulu bersama mu menghabiskan malam. Tapi ternyata rasa ini memang berbeda, dulu yang mesra dan sekarang yang hampa . Aku ingin menjemput mu, ke kota mu sayang . aku merindu mu . mengenang semua kisah kita itu membuat dada ku semakin sesak,membuat nafasku sejenak terengah, aku bosan menanti mu, tapi hati ini enggak beranjak dari sosok mu.
Aku menghela nafas panjang, di tempat ini aku harus mampu untuk bangkit,aku harus mampu untuk berlari dari angan masa lalu . aku harus percaya bahwa penantian yang kulakukan ini bodoh . menyianyiakan waktu dengan hal yang tak pasti akan datang , dan hal terpenting yang harus ku tanamkan jauh dalam hati ku adalah aku tak ingin lagi mengantung kan masa depan ku pada sosok mu . bayang mu pun tak mampu ku rengkuh  sayang . aku lelaaaah,sungguh!
Tapi nyata nya, hanya bibir yang berkata, sedang hati ku berkata lain . hati ku masih setia untuk menanti. Aku dilema, kini seolah olah aku menjalankan peran ganda . tentang aku yang ingin bangkit dari keterpurukan dan melewati lembaran baru tanpa sosok mu atau tentang aku yang terus menanti mu dan meyakini dalam diam ku bahwa kau akan kembali,menjemput ku dalam keheningan jiwa dan membawa ku kembali pada warna senja.
Aku melemparkan batu jauh jauh kebawah permukaan ,seolah batu itu adalah memori ku tentang sosok Reza,tapi setelah aku membuang nya aku tak merasa lega justru aku merasa menyesal. “kebodohan macam apa ini “ aku memaki diri ku sendiri
Tiba tiba dalam kelam nya malam ini, ku sadari ada sosok laki laki yang duduk di samping ku. Menggemgam erat tangan ku. Dan aku seolah membeku, tatapan itu , yah jelas aku mengingat nya. Dia tersenyum , menyentuh pipi ku . aku segera memeluk nyaa tanpa basa basi.
“Rezaaaa, jangan tinggalkan aku lagiii “ tangis ku kembali terpecah dalam malam ini
Reza yang ku nanti,Reza sang pemilik singgasana hati ini, Reza penyebab tangis ku belakangan ini telah kembali . dan kini aku mampu merengkuh Reza dengan lengan ku sendiri,bukan dengan rapalan doa. Waktu ini terasa anugerah terindah dari Tuhan yang pernah aku rasa . Kerinduan ini terjawab . Dan sang waktu tak seburuk yang aku bayang kan,sang waktu kini mau mempertemukan ku dengan cinta pertama ku,dan menara siger memang ditakdirkan mengolah drama nyata tentang aku dan penantian.
Namun detik kemudian,saat mata ku terbuka,saat hati ku kembali merasa , dan saat butiran lara melesat dengan laju nya . aku tersadar semua ini hanya ilusi belaka. Reza tak pernah ada, reza atak akan kembali . Dan Reza hanya sebuah bayangan absurd. Aku tak tau lagi harus sampai kapan menunggu nya, 4 tahun itu bukan waktu singkat. Bibir ku kini meracau, tentang kebodohan seorang wanita yang menanti sosok pria dalam ilusinya.
 “rezaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriakku di atas ketinngian 110 meter dari permukaan laut. Menara Siger memang menyimpan banyak cerita,dan kamu , Reza Fernando ,cinta pertama ku,kamu tetap sosok yang penuh dengan tanda tanya.
Hari tanpa toleransi terus berjalan di iringi doa ku, agar kau kembali ke negeri ini. Negeri yang telah banyak menjadi saksi cerita lalu. Siang ini aku melangkah kan laju hati ku bersama sosok pria yang mendekati ku,dan menanti ku ke dalam peluk nya . Dion namanya. Dengan tak mengenal kata jengah dia terus mendekati ku, padahal berulang kali aku menolak nya dan mengatakan aku masih menunggu cinta pertama ku kembali.
Mobil Dion telah berada di depan tumah ku, aku mengintip nya lewat jendela kamar . seandai nya yang menjemput ku adalah Reza tentu tanpa rasa malas aku segera melesat dalam bahagia nya.
“ kita mau kemana ? “ tanya ku pada Dion saat laju mobil nya telah berlalu dari rumah ku
“ aku ingin mengajak mu, ke teluk kiluan . disana kita akan menyaksikan atraksi lumba lumba dan melihat sunset dari dermaga kayu “ jawab nya
“ wow,romantis “ ucap ku dengan senyum yang mengembang .
“andai laki laki yang di samping ku ini adalah Reza” ucap ku lirih sambil melirik pada wajah Dion.
Perjalanan menuju teluk kiluan memang sangat terjal harus melewati jalanan berbatu yang cukup jauh. Aku lelah dalam perjalanan ini,sama lelah nya seperti aku menunggu Reza untuk kembali. Memang benar  menunggu adalah hal yang mebutuhkan rasa sabar berlebih.
Sesampai nya di teluk Kiluan,kami segera menuju dermaga kayu, menghilangkan penat perjalanan. Memainkan kaki ku di air dermaga. Dion duduk di samping ku. Menggenggam erat jemari ku, kita banyak bercerita tentang hobi, cita cita,angan tentu tidak tentang masa lalu. Di dermaga kayu,aku membohongi rasa tawa ku ,bahwa di balik senyum ku sore ini tersimpan hampa yang terasa amat nyata.
“nandyaaa.. “ dion menyebut nama ku lembut
“ apa? “ jawab ku
“hmm.. tanggal 21 oktober nanti,kamu mau menemani ku menghadiri pesta pernikahan kakak ku ? “ tanya nya
“hmm,boleh boleh memang sekarang tanggal berapa? “
“seingat aku ini tanggal 17 oktober ,2017 tentunya“
“seriuuus?”
“eheeeem”
“antar kan aku ke pantai tanjung setia dion,aku mohon”
“hey ada apa ? kita baru sampai “
“aku mohon dion,antarkan aku kesana . aku dan Reza pernah berjanji bahwa pada tanggal ini. Reza akan menemui ku dipantai tanjung Setia, saat senja “
“kamu yakin? “ tanya Dion membuat ku menjadi ragu
“yaa.. yakin ! “ ucap ku dengan pasti.
Segera aku menarik lengan Dion menuju mobil nya,dan sesuai permintaan ku kami menuju ke pantai tanjung Setia. Melelah kan dan aku terasa sangat bodoh,tak sepantas nya melupakan hari yang telah lama ku nanti seperti ini . kelalaian ini membuat ku kesal , memaki dalam diri.
Saat tiba di pantai Tanjung Setia, malam telah berjalan . dan senja telah menghilang. Sontak raga ku melemah . mencari sosok Reza yang berjanji menjemput ku disini. Pandangan ku terus mencari,tanpa memperdulikan Dion yang lelah mengikuti.
“ mana Reza? “ tanya Dion
“sedang ku cari . “ jawab ku kesal
“sampai kapan ?”
“sampai aku berhasil memeluk nya dengan lengan ku sendiri. “ jawab ku.
“ Bila benar Reza mencintai mu,dia akan menemui mu,dan tak akan membiarkan mu terlalu kalut seperti ini. “ ucap dion menenangkan ku.
“Reza akan menemui ku,mungkin aku yang terlambat ketempat ini .dan Reza mungkin sudah pulang “ ucap ku menghibur kegelisahan yang semakin menjadi jadi.
“kenapa kau tak membuka hati dengan pria lain, yang mungkin dapat membuat mu lebih bahagia di banding saat bersama Reza ?” tanya Dion
Aku kesal dengan segala pertanyaan bodoh Dion,harus ku jelaskan berkali kali kah bahwa aku menunggu Reza kembali. Langkahku tertatih di pesisir pantai, dari ujung ke ujung telah ku telusuri namun sosok nya tak mampu ku jangkau. Aku lelah,aku tertunduk dengan lutut ku di Tanjung Setia ini,dengan sadar aku menangis menahan pilu akibat penantian yang ku jalani. Penantian konyol yang tak berarti,penantian cinta pertama ku yang membuat hati ku seakan mati . mati terhadap rasa yang menanti. Kesendirian mengajarkan ku arti bersabar,berintrospeksi dalam diri,dan kini aku tak sanggup lagi menanti . dalam pelukan Dion di Tanjung Setia, aku memaki sang waktu dan di Tanjung Setia harap ku telah pupus,hancur bahkan musnah..
Selamat tinggal cinta pertama ku,aku akan tetap mencintai mu dalam diam ku..