Lembayung senja hiasi sore itu,ku nikmati tiap butiran perih yang
menetes dalam lamunan tentang mu.desiran angin kali ini membuat ku kembali
mengingat semua goresan warna yang pernah kau buat dalam hidupku.tak terasa
hampir 4 tahun ku menunggu sosokmu menjemput ku dalam kesenduan ini.Menanti
dalam lirih nya jiwa.dan angan ku kembali melayang bebas tentang kita,kita yang
dulu.
“kamu janji kan mau temui aku,setelah kamu pulang dari Jerman?”tanyaku
dengan nada ragu
“iyaa,nanti abis aku lulus kuliah di Jerman aku akan pulang ke
indonesia dan orang pertama yang aku temui adalah kamu”ucapnya.
Hanya sebuah janji dari masa lalu yang mampu tegarkan aku hingga hari
ini,janji itu selalu yakinkan aku bahwa kau masih menjadikan ku sebagai peri
dalam jiwamu.Ku simpan janji itu tepat dalam relung hatiku.
Detik demi detik ku lalui hariku tanpa kabar darimu,ku langkahkan kaki
ini dengan rapuh.penantian yang begitu abstrak,namun aku mempercayainya bahwa
kau akan menepati janjimu.janji yang kita ucap saat kau gengam erat jemariku.
Aku rindu ketika kau dan aku tertawa
bersama,aku rindu ketika kau dan aku habiskan waktu dengan canda,dan aku rindu
caramu menatapku.Ku lepas letih ini dengan mendoakan mu,karena mendoakanmu
adalah caraku memelukmu dari jauh.Harus berapa banyak lagi air mata yang harus
menetes saat ku menantimu,sampai kapan aku harus termenung dalam angan masa
lalu? Mampukah kau jawab semua tanya ku?
Pagi itu,ketika enggan ku langkahkan kaki,bayang mu menggerogoti perih
ku.angan tentang mu adalah hal pertama yang ku fikirkan ketika mata ini mulai
terbuka.Kudapati seorang wanita setengah baya telah menunggu ku di ruang
tamu,terbesit fikiran tentang wanita ini,”seperti pernah ku kenal”bisikku dalam
hati.
“selamat pagi,ada yang bisa saya bantu?”ucap ku ramah dengan menatap
wajah nya yang tak asing lagi bagi ku.
“selamat pagi amel,ini tante mel,apa kamu tak mengenaliku ?”ucapnya
penuh harap agar ku mengingat sedikit memori tentangnya.
Aku masih terdiam,memutar ingatan masa lalu tentang sosok wanita ini,”ya
tuhan ini mama dion”jantung ku tiba tiba berdetak lebih kencang.ada perasaan
yang sedikit membuat ku merasa lebih rapuh kali ini.
Detik demi detik ,ketika kami mulai membuka sebuah percakapan dan
mengakhirinya dengan sebuah tangisan luka,ingin ku berlari menjauh dari sang
waktu.ingin ku hapus sebuah jarak di antara kita,ingin ku ulang waktu agar kau
tak pernah berlari tinggalkan goresan kenangan yang telah terpatri dalam relung
ini.Sontak butiran kerapuhan ini kembali mengalir ketika ku tahu penantian ku selama
ini berakhir dengan hampa.ingin ku ulang waktu untuk tak mengenal mu,agar ku
tak terperosok begitu jauh dalam sosokmu.
“dion,aku sangat merindukanmu walau kini kau takkan mungkin lagi
kurengkuh dalam dekapan ku”.
Ya,memang begitu hina saat aku merindukan sosokmu yang telah berada
jauh di tempat yang berbeda,kau tinggalkan aku,tepat di hari keberangkatan mu
menuju sebuah kota tempat mu menuntut ilmu demi masa depan kita kelak,tragis
memang saat ku menyadari bahwa kehilangan mu itu telah benar benar terjadi
tepat 4 tahun lalu.mengapa baru detik ini ku dengar berita tentang ketiadaan
mu,mengapa kau tega menyembunyikan tentang sebuah kepedihan yang teramat sakit.
Kau tahu?hari ini tepat 4 tahun ku menantimu.dan kau tau?tepat hari ini
ku menyadari bahwa kau telah benar benar tiada,setelah 4 tahun ku menyendiri
demi kesetiaan ku terhadap janjimu..
Ku hempaskan raga ini dalam isak,kini izinkan aku tetap menjaga ukiran namamu di hatiku,dan izinkan aku menjaga kisah ini hingga nanti..Dan ku menyadari mencintaimu itu begitu sempurna,karena aku mampu
merasakan pahitnya merindumu, dan manisnya di sampingmu.. END *
0 komentar:
Posting Komentar