Aku masih tertegun
dengan apa yang ia ceritakan, aku terus memperhatikan gerak gerik bibir laki
laki itu . dengan antusias aku terus memandang ceritanya yang penuh juang. Tentang arti konsistensi ucapan dan tentang
arti suatu hubungan .Tidak sepertiku yang hanya mampu menunggu dan berharap . dia menceritakan inci demi
inci kisah nya , tentang wanita yang ia sebut “terakhir” .
Seiring detik yang
telah menjadi saksi kebungkaman ku , ada rasa iba yang terselip . “pria baik sengaja
mempertahan kan pilihan nya demi perkataan nya “ itu kesan ku pertama kali saat
aku melihat sosok mu
“banyak yang lebih
darinya, tapi aku ingin memenuhi janji ku . menjadikan nya yang terakhir” ucap
nya pasti
“mau nikah? Kan
masih banyak di luar sana yang akan datang dan pergi di hidup kamu” ucap ku
“enggak.. aku Cuma
mau memenuhi janji ku . yang terpenting aku sudah berusaha, tentang akhir nya
nanti, kalau dia memutuskan ku ya aku dengan yang lain. kalau tidak ya aku
dengan dia. Dia yang terakhir” ucap nya lagi
“aku menyesal dulu
pernah mengucap cinta pada seorang wanita dan justru aku yang memutuskan
hubungan dengan wanita di masa laluku , oleh karena itu , kali ini aku harus
memenuhi janji ku “ sambung nya
Aku tediam.. bibir
ku kelu. Hanya senyum tanpa rasa yang ku tunjukkan. Seberuntung itulah “wanita
terakhir” itu .
Dia tiba tiba
memegang hanphone nya , menunjukkan beberapa foto wanita yang ku bilang cukup
menarik, “coba lihat yang ini dan yang ini . sempat dekat tapi aku mempertahan
kan wanita ku , karena janji ku “ ucap nya kemudian
“coba bandingkan
dengan wanita ku, jauh kan ? tapi memang dia yang terakhir” sambut nya lagi
Kamu.. kamu
pria pertama yang mampu membuat ku terkesan pada temu pertama .
Aku masih dengan pandangan ku , membiarkan mataku
menjelajah masuk dalam ceritanya . ya, aku lihat memang banyak kesah yang
tercipta dari kata demi kata yang ia coba ucapkan . jujur aku merasa iri dengan
“wanita terakhir” itu . dia beruntung memiliki pria yang berani memperjuangkan
nya di masa depan nya , tidak sepertiku yang di perjuangkan dalam harapan .
(mungkin ) hanya harapan tak lebih. Pria di seberang pulau itu memang mencuri
perhatian ku tanpa sisa, tapi percuma bila dia tak berani untuk memprjuangkan
rasa yang tercipta sejak lama hanya beralasan dengan jarak L
“dia mirip sekali
dengan adikku, sama sama cuek dan egois” ucap nya penuh cerita berikut nya
Aku hanya
tersenyum, aku terkesan.. sebegitu paham nya kamu tentang wanita yang kamu
sebut “terakhir” hingga apapun yang menyangkut tentang nya kamu memahami seutuh
nya .
Kamu menimbulkan
Tanya yang begitu besar, tentang ucapan yang masih ku anggap terlalu dini untuk
di ungkapkan . bertolak belakang dengan ku yang hanya mampu membisu dan kemudian
tertelan waktu . kamu memperjuangkan apa yang sepantas nya kamu perjuang kan .
sedangkan aku memperjuangkan apa yang harus di tinggalkan
Dan perbedaan itu
terjadi saat kamu dengan pasti mengungkapkan pada wanita mu bahwa , bahwa
wanita itu yang terakhir , sedang aku hanya mampu menunggu dan selalu sengaja berpura
pura lupa untuk mengungkapkan, hingga aku lupa caranya melupakan.
Terkadang rasa
sakit justru teranggap wajar , saat kita
sudah terlalu sering menemukan “sakit” yang berkecukupan. Hingga merintih pun
tak berguna dan menangis pun tak menyisakan rasa.
Maaf bila kali ini
aku lancang menulis pengalaman mu di akun blog ku.. aku hanya terkesan dengan
perjuangan mu.. terima kasih kawan tentang pelajaran hidup yang kamu berikan
hari ini J
0 komentar:
Posting Komentar