Dalam pekat nya malam,tubuh ku terasuk
dalam dingin yang sangat nyata,ku tarik selimut ku. Mencoba menghangat kan
tubuh ini dalam balutan ketentraman jiwa. Dingin. Semu. Entah kenapa mata ku
memaksa untuk terbuka,sial! Ku tengok handphone ku,tepat pukul 02.12 dan
tertanggal 21 desember 2011 . “hari ibu” ucap ku lirih,mencoba menahan air mata
yang secara lancang ingin mematung dalam pipi.
Di twitter…
“I love you so much my mom”
“my mother is my hero”
“selamat hari ibu J”
“siapin kado buat mama”
Dan masih banyak sekali tweet dengan
topik hari ibu,semakin membuat remukku nyata.”selamat hari ibuu…L “ ku gerakkan bibirku mengucap sepatah
kalimat untuk wanita mulia itu.
Aku melangkahkan kaki menuju kamar wanita
mulia itu,ku ketuk pintunya,ternyata tidak di kunci. Perlahan aku membuka pintu
itu berusaha agar ibu tidak terbangun.ku dapati wanita mulia tergolek dalam
pembaringan nya,sebuah kerutan di dahinya menunjukkan usia nya yang penuh
ketegaran,dan bahu itu,tempat aku mengadu dan merintih. Ku sandarkan kepalaku
di bahunya. Hangat. aku ingin bercerita tentang asa,masa,dan kita.
“ada apa Bonita?” wanita mulia itu
terbangun dan perlahan menatap ku
“buu.. aku ingin terus seperti ini.
Berada hangat dalam peluk mu. Selamat hari ibu” ucapku polos
Ibu tersenyum meneteskan butiran
bahagia nya,ku seka butiran itu dengan jemari ku sendiri. Aku bahagia memiliki
wanita mulia seperti ini . walau aku belum mampu berdiri sempurna karena jejak
ku tak tersentuh oleh sosok ayah.
Aku terlahir dari dosa kedua orang tua
ku . ketika seharusnya aku tak berada di tempat ini,hidup dengan penuh
cemoohan. Wanita lain mungkin akan menggugurkan kandungan di luar nikah saat
mengalami hal yang sama seperti ibu ku. Tapi ibu ku,seorang wanita mulia.
Bertindak dengan hati,dia pernah berkata “Tuhan telah menitipkan peri kecil
dalam rahim ku,dan sampai kapan pun aku akan bertahan menjaganya,entah dengan
cara apa saja karena peri itu adalah harta terbesar ku” . itulah alasan nya aku
mampu melihat bagaimana sosok dunia fana.
Perlahan aku pun meneteskan gerimis
yang melaju di pipi.. ibu menatap ku lekat. Seolah dia mengetahui rasa apa yang
menelusuri ku akhir akhir ini.
“buu.. aku boleh berbicara?” tanya ku
“ bicaralah nak,ibu akan menjadi
pendengar setiamu”
“aku takut ibu marah”
“bila tindakan mu tak membuat ku harus
marah,aku tak akan memarahi mu sayang “
“bila aku mengalami hamil di luar
nikah ,apa ibu tetap menyayangi ku? Atau ibu akan bertindak seperti nenek yang
mengusir ibu pergi dari kehidupan nya?”
“bila tuhan telah menitipkan
kepercayaan pada hambanya,jagalah nak.jangan kau lakukan kesalahan lagi. Hanya
orang orang bodoh yang akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya”
“apa ibu tidak malu memiliki anak yang
hamil di luar nikah bu?bagaimana dengan lingkungan sosial kita bu? Pasti mereka
akan mengucilkan kita”
“biarkan tentang mereka,orang yang tak pernah mengalami,tak akan
pernah juga merasakan rasa yang sesungguh nya nak “
Sesaat kemudian hening tercipta…
Betapa mulia nya hati ibu,tetap
menerima segala kemahakurangan ku. Ibu yang sejak dulu menuntun ku menuju dunia
nyata,ibu yang menatih ku sendiri tanpa sosok ayah,ibu yang menggemgam jemari
ku lekat saat rasa takut membayangi…
“aku tidak hamil bu,aku hanya wanita
lemah,dan miskin. Bila aku menghilangkan harga diriku,uang 500 rupiah pun akan
sangat tinggi untuk membayar wanita seperti ku” ucap ku lirih. Ibu merengkuh ku
semakin dalam ke peluk nya..
Dan kini hidup
membuat ku mengerti bahwa Tuhan menyayangi setiap mahluk nya,dia akan merangkai
rencana indah kemudian mendewasakan kami melalu cara yang unik J (mungkin) tanpa sosok ayah J
0 komentar:
Posting Komentar