Kala itu seusai menghadap sang
khalik,aku berbenah merapikan pakaian dan rukuh yang ku kenakan tadi. Di depan
cermin angan ku tersita dan kembali mengingat tentang masa lalu tentang
ayah,ibu,adik dan rumah itu. Sesak terasa,aku tertunduk,menyeka butiran lara
yang dengan lancang berlarian tanpa permintaan di pipiku. Hanya Tuhan yang mampu membuat ku bertahan disini .
Terus memori ku melayang tentang masa
itu,kembali tergambar saat kami bercanda di depan televisi,saat kami pergi
berlibur ,dan saat kami mengenal kata hancur. Detik lalu sewaktu aku
berkomunikasi dengan Tuhan,aku mengirim sebuah tanya yang mungkin akan terjawab
lewat kebisuan waktu “ya Allah,apakah keluarga ku mampu rujuk dan bersatu
seperti dulu ? setelah ada sosok dia ? “
Deringan handphone membuyarkan semua
lamunan konyol ku,
“hallo”
“kenapa tak kau bayarkan tagihan
listrik rumah itu? Sudah ku kirimkan kan ?dan sekarang listrik di cabut?”
“maaf ayah,tagihan listrik di rumah
itu satu juta tujuh ratus,dan kemarin ayah kan mengirim uang hanya tujuh ratus.
Jadi maaf bila listrik harus di cabut “ ucap ku menahan emosi
“baah,dari mana bisa,ku kirimkan 2
kali nak. Pertama satu juta,dan kedua tujuh raus ribu melalui atm si Mona”
“kuterima hanya tujuh ratus” tegas ku
“jangan kau selewengkan uang seperti
itu ya,tak suka ayah. Tak baik itu nak” nada ayah meninggi
Aku terdiam,sakiiit.. sungguh ayah
yang dulu ku kenal menuduh ku menyelewengkan uang yang tak seberapa itu. Demi
Tuhan hati ku sakit.. seharus nya di tau kemana uang itu lenyap,seharusnya
logika nya berjalan tak mungkin aku anak nya sendiri melakukan hal bodoh
semacam itu,seharus nya dia mengkoreksi perbuatan nya dengan garis bawah kata
“Mona” . Wanita picik ,dulu kau yang mengenalkan keluarga ku pada kata
hancur,dan kini kau mengadu domba aku dan ayah ku ? Busuk !
Ku matikan percakapan ku dengan ayah
melalui handphone itu. Kembali ayah menghubungi ku, hati ku masih terasa
sakitt.bibir ku kelu..
“hallo,mengapa kau matikan handphone
mu tadi, ini Mona ingin berbicara dengan mu”
Aku terdiam,menyeka air mata yang
merembet secara perlahan di pipi…
“hallo Luna,kemarin kan sudah mama
kirim sayang uang nya,jangan kau selewengkan seperti itu,sekarang tagihan
listrik di rumah mu di cabut yah ? itu akibat ulah mu sendiri sayang. Lain kali
jangan di selewengkan ya?” ucap nya memanis,membuat otak ku ingin segera memaki
wanita nista ini
Kembali aku hanya terdiam.. perkataan
nya membuat ku muak
“hallo Luna,dengarkan kata kata mama
mu Luna…blablabla “ tanpa ku dengarkan lagi celotehan ayah dengan unsur
kebusukan Mona,ku matikan segera handphone ku. Tragis di kala sore ini .
Sukses mona memperolok ku di depan
ayah ku, memang benar cerita dari negeri dongeng bahwa ibu tiri itu jahat. Tega
merebus anak tiri nya di dalam kuali besar. Benar! Dia tega merebusku dalam
kata kata manis nan busuk di depan ayah ku.
Dalam sore gerimis ini,langkah ku
tertahan di masjid al-hidayah Yogyakarta.. untuk kembali membuat bibir ku
kelu,ku bebaskan khayal ku mendiskripsikan sosok sang wanita mulia hingga sosok
wanita ternista
Aku : si upik abu
Ibu : sosok peri seperti di dalam
dongeng,baik,lembut dan mulia
Ayah ; sosok bodoh yang terpengaruh
oleh hasutan peri jahat
Mona : peri jahat yang nista ,mama
tiri ku
Aku ingin kembali menjadi anak
kecil,yang tak mengenal sakit hati berani berceloteh tentang apa yang dia
lihat. Tak seperti ku hanya memendam perkataan bengis yang menyimpan banyak
dendam
Aku ingin kembali menjadi anak
kecil,dengan senyum kepolosan nya dia menyimbolkan rasa bahagia nya,tak seperti
ku tersenyum dengan hati yang menangis,terlihat sangat munafik
Aku ingin kembali menjadi anak
kecil,ketika mereka merasa tak nyaman pasti mereka menangis,tak seperti ku
justru menyembunyikan tangisan itu yang berujung pada kebohongan pada diri
sendiri.
Aku ingin hidup ku penuh kepolosan dan
keluguan seperti anak kecil tanpa kebohongan,dendam dan tangisan. Dalam letih
nya jiwa aku meyakinkan diriku,bahwa aku harus percaya bahwa Tuhan memelukku
saat aku tertidur lemah, bahwa aku harus percaya bahwa Tuhan berada di samping
ku,menjaga ku dalam keras nya kehidupan sementara ini. Kini.. harapan tentang
upik abu yang akan bahagia beersama peri baik dan ayah ,kan menjadi kenyataan
mutlak,karena aku percaya bahwa Tuhan menyayangi ku,melaksanakan takdir nya dan
semua akan indah pada waktunya J
With love Luna
0 komentar:
Posting Komentar