Mata ku buyar,temaram kali ini nanar
di tengah kota, dengan jemari yang menari nari beserta kepingan rokok,mengepul.
Jakarta, 10 january 1992 belasan tahun silam ketika aku masih beridentitaskan
mahluk Tuhan yang suci . kini “suci” itu tak ku kenal, yang ada hanya hitam dan
pekat,kehidupan nista yang ntah akan berakhir lebih hina atau berujung
sempurna.
Masih dalam temaram,aku termenung,
mencoba mengulang memori lalu tentang sosok wanita mulia itu, sontak aku ingin
kembali meraih peluk nya. Peluk nyata yang dengan lengan nya aku bercerita.
“aku lelah ibu” ucap ku melirih.. aku ingin melangkahkan kaki ku menuju yang
kau sebut “rumah kita” , disudut jakarta. Beberapa detik kemudian handphone ku
berdering.
From: mami
03/10/2012
22.56
Pergi ke hotel
amelia , nomer 321. 5 jt
Dengan sigap aku
menyetop taksi dan menyuruh sopir itu menuju hotel yang aku tuju. Tanpa basa
basi dan tanpa intuisi. Mungkin aku telah mati rasa , atau mungkin aku
terperosok terlalu dalam di drama tak bertuan ini ?
To : mami
Oke mi, nayla lagi
otw
Delivered to mami
03/10/2012
23.01
Lagi lagi, dan lagi
aku terjatuh pada salah yang sama . apa tuhan akan mengampuni dosaku ? apa
tuhan akan memberi ku sedikit toleransi bila aku jelaskan ? dan apa tuhan mau memelukku
ketika aku benar benar lelah arungi make up sosialita ini ? apa tuhan mau
memberi ku kesempatan untuk mengenakan sedikit kain yang tertutup, bukan
seperti saat ini ? dengan rok mini dan hanya secarik kain yang melingkari tubuh
ku ? aku benar benar merasa sangat hina, tubuh ynag seharus nya di jaga tetapi
justru aku jajakan dengan nilai nominal yang tak seberapa. Tuhan aku butuh
jawaban! Apa kau mau mendengar doa dari wanita yang telah tervonis AIDS ? hidup
ku tak lama lagi Tuhan, aku butuh seteguk air kehidupan yang jernih dari mu,
tiba tiba otakku mengingat kata “tuhan” kata yang secara mendasar telah melekat
dalam tiap jengkal nafas ku yang justru telah lama tak ku sebut .
Aku memutar balikkan arah taksi yang
ku kendarai, memerintah supir taksi menuju rumah ibu ku. Ku ketuk perlahan daun
pintu yang sudah hampir reot itu, tak ku dengar seseorang membukakan pintu, ku
ketuk untuk yang kedua kali nya, dan bibirku mengucap “ assallamualaikum ibu”
.. dengan cepat terdengar jawaban “wallaikumsalam”.
Wanita paruh baya itu,mengenakan
daster panjang,yang menutupi kulit kakinya,dan menutupi lengan nya.. sangan
berbanding terbalik dengan ku.
“maaf nduk,malam malam begini cari
siapa yaa?” ucap nya dengan penuh santun. Nadi ku perih , tersayat rasa yang
sangan merindu , sosok wanita yg telah kutinggal sekitar 5 tahun lamanya, kini
dengan beberapa centi lagi aku mampu memeluk nya. Aku terdiam, ku pandangi
sorot mata nya yang sayu..
“saya mencari ibu “ ucap ku pelan
“loh ada apa ya nduk? Kok mencari ibu
? apa cucian baju nya kurang bersih ya nduk?
“enggak bu”
“lah terus ono opo tho sak jane ini ?
“ masih dengan logat jawanya ynag kental ,membuat ku ingin langsung merengkuh
lengan nya, namun aku malu, mengakui bahwa aku adalah anak perempuan semata
wayang nya yg dulu pernah pergi untuk menjajakan diri demi sekolah ku yang
akhirnya terputus.
Tanpa disadari dan ku mengerti , tepat
di depan wajah wanita mulia ini, air mataku menggenang, jatuh ke lantai rumah .
rumah yang sangat kecil beratapkan asbes dan berlantaikan tanah . dulu disini
aku pernah mengukir mimpi
“lah kok malah nangis iki kepiye toh?
Ayoo mlebu ndisek nduk,ceritaken pada ibu ada apa, dan kamu ini dari mana? Ndak
dingin apa kok pakai baju ndak ada lengan dan rok pendek seperti ini ?”
Aku masih tak mampu untuk berucap,air
mataku mengalir semakin deras mendengar suara wanita mulia ini.
“ibu..” ucap ku perlahan
“opo nduk?”
“aku boleh memeluk ibu?”
“boleh,ada apa toh ?”
Dengan segera aku memeluk nya , masih
terasa kehangatan yang ia ciptakan lewat lengan nya. Masih tersimpan segala
angan yang dulu pernah ku ceritakan dalam peluk nya. Wanita mulia ini kemudian
mengelus pelan rambut ku..
“ada apa? “ wanita mulia ini kembali
membuka percakapan
“aku kangen sama ibu” jawab ku mungkin
terlalu lugu untuk seorang dewasa seumuran ku
“ibu juga kangen sama kamu nduk, ibu
udah lama nunggu kamu pulang” tiba tiba wanita mulia itu berkata dengan tetesan
luka yang mengalir menetesi lengan ku.
“ibu tau, kalau aku ini nayla? “ tanya
ku sambil menatap wajah nya
“ndak ada ibu di dunia ini yang ndak
mengenali buah hatinya”
Tangis ku semakin menjadi, raga ku
seolah tak bernyali . wanita mulia yang dulu ku bentak dengan lantang “ ibu
miskin” , mau menerima ku kembali dalam peluk nya.
“aku.. aku.. aku sayang ibu.. maafkan
aku ya buu” ucap ku sambil menahan bendungan air mata yang menetes dengan
derasnya.
“ndak perlu minta maaf seperti itu
nduk,ndak ada yang salah, sebenernya ibu yang salah, maafkan ibu ya nduk, ibu
mu ini miskin, makanya kamu malu to punya ibu miskin dan lari dari rumah ?” wanita
mulia itu dengan jujur mengungkakan resahnya
Aku menunduk,berharap tuhan memberikan
sedikit kelonggaran waktu untuk mengucap taubat dan meminta maaf pada ibu ku.
“ibu sayang aku?” ucap ku
“sangat nduk”
“walaupun aku sebagai pelacur di ibu
kota”
Ibu lantas terdiam, air mata nya
mengalir, dengan cepat, dengan jemari hina ku ini aku menyeka nya.
“walaupun aku sebagai pelacur di ibu
kota?” tanya ku lagi
“iyaa” jawab ibu dengan tegas
“walaupun aku tervonis AIDS dan segera
akan mati ? “
“iyaa nduuukkk” dengan sedikit
berteriak ibi mengeratkan peluk nyaa,,
“ibu aku minta maaf,telah mencoreng
nama baik keluarga kita, telah sering aku menyakiti hati ibu, bu dengan sedikit
sisa waktu ku, ajari aku kembali mengenal Tuhan ya buu, ajari aku sholat” ucap
ku berbisik dengan sesenggukan..
“mari ndukk, allah maha pengampun lagi
maha penyanyang nduk”
Dengan sedikit waktu ini, aku
menyadari bahwa indah memang akan muncul pada waktu nya, bahwa habis gelap
terbitlah terang, dan bahwa di balik kesusahan itu sesungguh nya ada kemudahan.
Dan di balik nama ku “nayla” ada unsur pelacuran namun di balik itu semua ada
sosok wanita mulia yangg mau meluangkan lengan nya untuk memelukku, I love you
so much my mom .
0 komentar:
Posting Komentar