Aku mengenal
mu, telah belasan tahun. Tepat nya pun tak ku ketahui. Terlalu banyak cerita
yang kita buat bersama. Saat pertama aku belajar berjalan , saat pertama aku
bersekolah , saat pertama aku mengikuti lomba puisi, saat pertama aku berpacaran
. dan saat aku menangis di pangkuan mu nyonya. Semua Cerita yang akan ku
ceritakan kelak pada anakku, tentang ketegaran seorang wanita mulia ,wanita
yang dengan lengan nya mampu menyeka air mata ku yang melaju deras. Wanita yang
menunggu kusuksesan ku di ujung jalan nanti.
Apa kabar
mu hari ini nyonya ? baik baik sajakah ? apa kaki mu masih sering nyeri ketika
malam tiba ? apa engkau sudah makan ? apa engkau sudah berkomunikasi dengan
Tuhan ? yah aku tahu kau selalu menyebut nama ku dalam tiap sujud mu. Nyonya detik
ini aku ingin menangis, boleh ? aku lelah nyonya , aku lelah menunggumu kembali
.
Nyonya kapan
kau bisa memasakkan kentang goreng kesukaan ku ? nyonya kapan kita bisa memasak
bersama lagi ? nyonya kapan kita bisa bercerita tentang cita cita ku lagi ?
nyonya kapan engkau bisa memeriksa seluruh pekerjaan sekolah ku ? nyonya kapan
kita bisa menikmati lebaran bersama ? nyonya, aku merindukan mu saat ini . aku
ingin bertemu dan memeluk mu L
Nyonya aku rindu telur dadar buatan mu :’’
nyonya dulu aku sering
mendengar suara tangis mu kala malam , ada apa nyonya ? apa kau memiliki banyak
masalah yang membuat dada mu sesak ? mengapa engkau diam ? mengapa orang dewasa
sering menyimpan masalah nya sendiri nyonya ? bukan kah kau yang mengajari ku
agar tidak menyimpan masalah sendiri ? nyonya aku tak mengerti..
nyonya,
apa kau masih mencintai ayah ? apa kau masih memperdulikan nya ? kenapa
menjawab tidak ? kau pasti bohong.. jujur lah pada ku nyonya dan aku akan
tersenyum atas jawaban itu karena aku tau kau dan ayah adalah kedua insan yang
diciptakan Tuhan untuk menjaga ku .
nyonya,
aku rindu rumah kita. Rumah yang terdapat aku, ayah dan diri mu. Walau hanya
susunan bata yang terletak di daerah pedesaan . di sanalah kita pernah saling
mewarnai hari . aku mohon putarlah memori mu ,saat kita bermain mercon di teras
rumah . gelak tawa yang tercipta membuat ku iri pada masa lalu . saat aku,
engkau dan ayah masih berada pada masa itu .
kini
dengan jalan masing masing , kita seolah berjalan tanpa genggaman tangan lagi .
tanpa toleransi untuk memuji atau bahkan mengkritik perbuatan kita masing
masing . engkau sibuk dengan dunia mu , ayah sibuk dengan dunia nya . dan aku
menyibukkan diri atas dunia yang kalian ciptakan . aku merindukan kita yang
dulu . kita yang saling menggemgam , kita yang saling mengingatkan , kita yang
saling tertawa di sela sela hujatan dunia . dan kita yang saling memeluk kala
salah satu terjatuh .
nyonya,
maaf ketika aku menulis ini , air mata ku tak sengaja melaju . aku merindukan
sepeda ungu , yang dulu mengantar aku dan ayah menuju sekolah dan tempat kerja ayah.
Aku rindu botol madu yang dulu kau jual keliling. Aku rindu sungai belakang
yang ketika kemarau kita membasuh peluh disana . aku rindu pergi ke surau
ketika petang menghampiri . aku rindu kalian . aku rindu masa itu . sepeda memang
telah terganti dengan besi beroda empat itu , botol madu memang telah berganti dengan
gedung berlantai tiga, surau memang telah berganti dengan tempat tinggal kita
masing masing , sungai belakang memang telah berganti dengan sumur bor , semua
memang telah berganti menjadi lebih mahal dan berkelas , namun tak berisi ,
semu, kosong , tanpa rasa .
nyonya
sebentar lagi aku menuju perkuliahan ,masa di mana aku menuju kedewasaan , aku
tau kalian pasti menunggu masa di mana senyum kalian akan terkembang saat aku
sukses. Nyonya , aku tak ingin berjanji untuk sukses ku , namun dengan doa dan
ketegaran mu aku berusaha mewujudkan angan ku . kala aku sukses nanti , aku
ingin sekali mengajak mu dan ayah menuju tempat suci ,Makkah . agar kita bisa
berkumpul lagi ,ntah itu mungkin butuh waktu yang lama , namun aku tetap
menanti masa itu . masa kita berkumpul dan saling memeluk . aku mencintai mu
nyonya, aku mencintai mu wanita mulia, aku mencintai mu bidadari ku, aku
mencintai mu , IBUKU J